a.
Definisi
latihan
Harsono
(1988: 32), Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan
secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan
serta intensitas latihannya.
Pate, dkk
(1993: 317) latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis
yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan
latihan. Latihan menentukan timbulnya perubahan dalam jaringan dan system,
perubahan yang berkaitan dengan perkembangan kemampuan dalam berolahraga.
Setelah beberapa pendapat yang
diungkapkan, dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang arti dan pengertian dari
latihan yaitu suatu proses kerja yang dilakukan secara terus-menerus,
berkesinambungan, dan dalam waktu yang cukup panjang, dilakukan secara tepat
dan berulang-ulang dengan tujuan meningkatkan kesegaran dan kebugaran jasmani.
Oleh karena itu, latihan bukanlah upaya untuk menjadikan sempurna akan tetapi
latihan adalah usaha untuk menjadikan permanen.
b.
Prinsip
Latihan
Prinsip-prinsip latihan yang diumgkapkan
oleh Bompa (dalam Budiwanto 2004: 13) adalah sebagai berikut: Prinsip beban
bertambah (overload), prinsip spesialisasi (specialization),
prinsip perorangan (individualization), prinsip variasi (variety),
prinsip beban meningkat bertahap (progressive increase of load), prinsip
perkembangan multilateral (multilateral development), prinsip pulih asal
(recovery), prinsip reversibilitas (reversibility), menghindari
beban latihan berlebih (overtraining), prinsip melampaui batas latihan (the
abuse of training), prinsip aktif partisipasi dalam latihan, prinsip proses
latihan menggunakan model.
Latihan olahraga merupakan suatu latihan
dalam upaya untuk meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi
kebutuhan tubuh secara optimal ketika berolahraga. Agar latihan olahraga
mencapai hasil yang maksimal, harus memiliki prinsip latihan. Menurut Fox, Bowers
& Foss 1993: 288 , prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui
sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas dan melalui
prinsip beban berlebih (overload) untuk menyusun satu program latihan
yang akan mengembangkan system energi yang bersifat khusus pada cabang
olahraga. Adapun prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1) Prinsip
kekhususan (Specificty)
Untuk
mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan latihan harus bersifat khusus,
yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai dengan tuntutan dalam cabang
olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan dalam hal ini adalah spesifik
terhadap sistem energi utama, spesifik terhadap kelompok otot yang dilatih,
pola gerakan, sudut sendi dan jenis kontraksi otot. Menurut Bompa (1994: 34)
bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip kekhususan yaitu:
(1)
melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga,
(2)
melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam
olahraga. Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam cabang olahraga.
2) Prinsip
Beban-Lebih (The Overload Priciples)
Prinsip beban lebih adalah prinsip
latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang
mampu dilakukan oleh atlet (Hadisasmita & Syarifuddin, 1996: 131) Atlet
harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang
mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada diatas
ambang rangsang. Kalau beban latihan terlalu ringan (dibawah ambang rangsang),
walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu yang lama,
peningkatan prestasi tidak mungkin tercapai.
Meskipun beban latihan harus berat,
beban tersebut harus masih berada dalam batas-batas kemampuan atlet untuk
mengatasinya. Kalau bebannya terlalu berat, maka perkembangan pun tidak akan
mungkin karena tubuh tidak akan dapat memberikan reaksi terhadap beban latihan
yang terlalu berat tersebut. Hal ini juga bisa mengakibatkan cedera.
Pemberian beban dimaksud agar tubuh
beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut, jika itu sudah terjadi maka
beban harus terus ditambah sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan
perkembangan kemampuan.
3) Prinsip
Beban Bertambah (The Prinsiples of Progresive)
Beban latihan adalah sejumlah
intensitas, volume, durasi dan frekuensi dari suatu aktivitas yang harus
dijalani oleh atlet dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kemampuan
fungsional dari sistem organ tubuhnya agar mampu beradaptasi terhadap perubahan
yang terjadi sesuai dengan tujuan latihan (Nala, 1998: 34).
Peningkatan pemberian beban hendaknya
dilakukan secara progresif dan bertahap. Progresif artinya beban latihan selalu
meningkat, dari awal sampai akhir latihan. Peningkatan berat beban dilakukan
tidak sekaligus, tetapi bertahap.
Diawali dengan beban rendah dan
dilanjutkan ke beban yang semakin tinggi, bukan sebaliknya pada awal latihan
diberikan beban berat, kemudian makin lama beban latihanya semakin ringan.
Menurut Nala (1998: 34) bahwa yang dimaksudkan dengan beban latihan tidaklah
selalu pengertiannya kuantitatif, tetapi mencakup kuantitatif dan kualitatif.
Beban latihan yang bersifat kuantitatif ini, beban latihannya dapat berupa
berat beban yang harus diangkat, banyaknya repetisi, set, lama istirahat per
set, kecepatan, frekuensi perminggu dan sebagainya. Bagi atlet cabang olahraga
yang lain tentu beban latihannya akan berbeda, sebab tujuan latihannya berbeda.
4) Prinsip
Individualitas (The Prinsiples of Individuality)
Pada prinsipnya masing-masing individu
berbeda satu dengan yang lain.Dalam
latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan
lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan
berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu
faktor-faktor karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun
program latihan. Berkaitan dengan hal ini Harsono (1988: 112-113) mengemukakan
bahwa:
faktor-faktor
seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang
pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri
psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program
latihan.
Latihan yang dilakukan harus
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu
atlet. Program latihan yang disusun dan pembebanan yang diberikan dalam latihan
harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap individu.
5) Prinsip
Reversibelitas (The Prinsiples of Reversibility)
Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang
tidak menetap, tetapi dapatberubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan.
Keaktifan seseorang melakukanlatihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik,
sebaliknyaketidakaktifan atau tanpa latihan akan menimbulkan kemunduran
kemampuanfisik. Menurut Soekarman (1987: 60) bahwa, setiap hasil latihan kalau
tidak dipeliharaakan kembali keadaan semula. Berdasarkan prinsip ini, latihan
fisik harussecara teratur dan kontinyu.
Prinsip ini harus dipegang oleh pelatih
maupun atlet. Latihan yang teratur dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat
segera menyesuaikan diri padasituasi latihan. Adaptasi tubuh terhadap situasi
latihan ini, maka kemampuan tubuh dapat meningkat sesuai dengan rangsangan yang
diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar