Senin, 23 Januari 2017

HAKIKAT MEDIA

a.      Pengertian Media
       Menurut National Association/NEAdalam Agus S. Suryobroto (2001: 15) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar,dan dibaca. Pemakaian media memiliki berbagai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut criticos (Daryanto, 2010: 5) media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Media adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar Arsyad, 1997: 3)
      Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya media adalah segala sesuatu berupa benda, alat, bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan yang berfungsi sebagai penghubung untuk meningkatkan efektifitas dalam mencapai suatu tujuan.
b.      Manfaat Media
     Untuk menghasilkan hasil belajar yang baik, perlu adanya pemanfatan media. Manfaat menurut Daryanto (20120: 5) antara lain :
1)      Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas.
2)      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.
3)      Menimbulakn gairah belajar, interaksi lebih langsung antar siswa dan sumber belajar.
4)      Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetikanya.
5)      Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
6)      Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi yaitu komunikator, materi, media, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.
c.       Pemilihan Media
     Pemilihan media harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi, keterbatasan yang ada, karena masing-masing media memiliki kekhasannya. Adapun menurut Azhar Arsyad (1997:72) prinsip-prinsip psikologis yang perlu pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media:
1)   Motivasi
              Perlu adanya untuk melahirkan minat dengan perlakuan yangmemotivasi dari                          informasi yang terkandung dalam media tersebut.
2)   Perbedaan Individual
Tingkat kecepatan penyajian informasi melaui media harusberdasarkan kepada              tingkat pemahaman. Media sebaiknya bisa untuk dimengerti oleh semua siswa yang memiliki perbedaan tiap individunya.
3)   Tujuan Pembelajaran
Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harusmendapatkan                    perhatian pokok dalam sebuah media.
4)   Organisasi Isi
Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atauketrampilan yang akan           dipelajari diatur dandiorganisasikan ke dalam urut-urutan yang bermakna.
5)   Persiapan sebelum belajar
Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki                  pengalamanyang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat              untuk    penggunaan media dengan sukses.
6)   Emosi
Media adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional seperti       takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan.
7)   Partisipasi
Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pembelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat pelajaran itu.
8)   Umpan baliK
Hasil belajar dapat meningkatkan apabila secara berkala siswa diinformasikan kemajuan           belajarnya. Pengetahuan tentanghasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk              perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang        berkelanjutan
9)   Penguatan
         Apabila siswa berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang                       didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan                    secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa akan datang.
10) Latihan dan pengulangan
Sesuatu hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atauketerampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapanintelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau ketrampilanitu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengandemikian ia akan tinggal dalam ingatan jangka panjang.
11) Penerapan
      Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkankemampuan seseorang untuk                         menerapkan atau mentransferhasil belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa                             dapatmelakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakandikuasai.
d.      Fungsi Media
        Menurut Hamalik (Azhar Arsyad, 1997:15) bahwa pemakaian media dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. 
Adapun pendapat dari Levie & Lentz (Azhar Arsyad, 1997: 16) mengenai fungsi                media, khususnya media visual, yaitu:
1)   Fungsi Atensi Media Visual
Menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran         yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi.
2)   Fungsi Afektif Media Visual
Fungsi ini dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar teks yang                     bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa,              misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
3)   Fungsi Kognitif
Fungsi ini dapat dilihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan  yang terkandung dalam gambar.
4)   Fungsi Kompensatoris
Media berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

e.       Landasan Penggunaan Media
          Menurut Daryanto (2013:12) ada beberapa tinjauan landasanpenggunaan media                                pembelajaran, antara lain :
1)   Landasan filosofis
Dengan adanya berbagai media pembelajaran siswa dapatmempunyaibanyak pilihan untuk menggunakan  media yanglebih sesuai dengan karakteristiknya.
2)   Landasan psikologis

Menurut Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulaidari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata,dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yangdisajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamatkejadian yang disajikan dengan simbol. Jenjang konkrit-abstrakini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman.

HAKIKAT FUTSAL

a.      Pengertian Futsal
     Futsaladalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola kegawang lawan, dengan memanipulasi bola menggunakan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemaincadangan. Tidak seperti permainan sepakbola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan.
     Permainan futsal hampir mirip dengan permainan sepakbola apabila dilihat dari teknik dasar permainan, sedangkan yang membedakan ialah lamanya waktu dalam permainan. Secara umum permainan futsal hampir sama dengan sepakbola yaitu bermain dengan kaki ke kaki, tetapi untuk penjaga gawang boleh menggunakan tangan. Yang membedakan dalam permainan ini ialah ukuran lapangan, jumlah pemain, aturan dalam permainan, dan berat bola dalam futsal. Menurut Justinus Lhaksana, (2011: 13) permainan futsal dapat dikatakan hampir mirip dengan permainan sepakbola.      
        Menurut Justinus Lhaksana, (2011: 5) futsal (futbol sala) dalam bahasa Spanyol berarti sepak bola dalam ruangan merupakan permainan sepak bola yang di lakukan di dalam ruangan. Permainan ini sendiri di lakukan oleh lima pemain setiap tim berbeda sepak bola konvensional yang pemainnya berjumlah sebelas orang setiap tim. Ukuran lapangan dan ukuran bolanya pun lebih kecil dibandingkan ukuran yang digunakan dalam sepakbola rumput. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepakbola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan. Dengan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa futsal adalah permainan beregu yang dimainkan lima lawan lima dalam durasi waktu tertentu dalam sebuah lapangan yang relatif kecil, ukuran bola dan ukuran gawang yang relatif kecil dibandingkan dengan sepakbola, permainan futsal sangat menggembirakan dan menarik dimana tim yang memasukkan bola paling banyak ke gawang lawan maka tim itu yang memenangkan permainan.
b.      Peraturan Futasal
       Menurut John D. Tenang (2008: 25) Aturan permainan futsal berbeda dengan aturan sepakbola dilapangan besar atau lapangan rumput. Mulai dari ukuran lapangan dan bola, jumlah pemain, hinggasistem pertandingan. Berikut ini penjelasan secara terinci tentang aturan permainan futsal yang mengacu pada peraturan FIFA 2006.
1)      Lapangan Permainan
a)      Ukuran : panjang 25 – 42 m x lebar 15-25 m.
b)      Garis batas : garis lebar 8 cm, yakni garis setengah di sisi, garing gawangdi ujung-ujungnya.
c)      Lingkarang tengah : berdiameter 6 m.
d)     Daerah penalty : busur berukurang 66 m daari setiap pos.
e)      Garis penalty : 6 m dari titik tengah garis gawang.
f)       Garis penalty kedua : 12 m dari titik tengah garis gawang.
g)      Zona pergantian : daerah 6m ( 3m pada setiap sisi garis tengah lapangan)pada sisi tribun dari pelemparan.
h)      Gawang : tinggi 2 m x lebar 3m.

2)      Spesifikasi Bola Futsal

a)      Ukuran: 4
b)      Keliling: 62-64 cm
c)      Berat: 390-430 gram
d)     Lambungan: 55-65 cm pada pantulan pertama
e)      Bahan: kulit atau bahan yang cocok lainnya (yaitu bahan tak berbahaya)

3)      Jumlah Pemain (per tim)

a)      Jumlah maksimal untuk memulai pertandingan adalah 5 pemain dengan           salah satunya adalah penjaga gawang.
b)   Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri permainan adalah 2 pemain        dengan salah satunga adalah penjaga gawang.
c)      Jumlah pemain cadangan maksimal 7 orang. Jumlah wasit 2 orang.
d)     Jumlah hakim garis 0 orang.
e)      Batas pergantian pemain : tidak terbatas.
f)    Metode pergantian : “pergantian melayang” ( semua pemain kecuali kiper    boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan saja, pergantian penjaga  gawang hanya boleh dilakukan apabila bola tidak sedang dimainkan dan  dengan persetujuan wasit ).

4)      Lama permainan

a)      Lama normal 2 x 20 menit (waktu bersih).
b)      Lama istirahat 10 menit
c)      Lama perpanjangan waktu 2 x 10 menit
d)     Ada adu penalty jika jumlah gol kedua tim sama sedangkan perpanjangan waktu sudah selesai.
e)      Time out 1 kali per tim per babak tak ada dalam waktu tambahan.

5)      Gawang Futsal
           Menurut John D. Tenang (2008: 28-30) gawangharus tempatkan pada bagian tengah dari masing-masing garis gawang. Gawang terdiri dari dua tiang yang sama dari masing-masing sudut dan dihubungkan dengan pucuk tiang oleh mistar gawang secara horizontal (cross bar).
          Gawang harus ditempatkan dibagian tengah masing-masing garis gawang. Lebar gawang adalah 3m diukur dari bagian dalam tiang. Sedangkan tinggi gawang adalah 2m diukur dari bagian dalam tiang palang atas gawang kelantai. Bentuk penampang tiang yang diperbolehkan adalah kotak dan lingkaran, namun bentuk penampang kotak lebih dianjurkan, karena pantulan bola dengan tiang penampang kotak lebih menghasilkan arah yang akurat. Jaring gawang berbahan nilon, yang diikatkan ketiang dan palang gawang. Kedalaman gawang adalah 80cm untuk bagian atas gawang, dan 100cm untuk bagian bawah.
c.       Teknik Dasar Futsal
   Teknik dasar dalam permainan futsal sama dengan teknik dasar permainan sepakbola. Teknik-teknik yang digunakan dalam permain futsal relatif tidak jauh berbeda dalam permainan sepakbola namun karena faktor lapangan yang relatif kecil dan permukaan lantai yang lebih rata menyebabkan perbedaan-perbedaan penggunaan teknik. Pemain dalam tim futsal, seperti dalam sepakbolaMenurut Suharno (1984: 12) teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Menurut Justinus Lhaksana, (2011: 29), modern futsal adalah permainan futsal yang para pemainnya diajarkan bermain dengan sirkulasi bola yang sangat cepat, menyerang dan bertahan, dan juga sirkulasi pemain tanpa bola ataupun timing yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan menguasai teknik dasar bermain futsal yang meliputi :
1)      Teknik Dasar Mengumpan (Passing)
            Menurut John D. Tenang, (2008: 83) passing adalah operan-operan pendek atau istilah kerennya passing game. Karenenya, seorang pemainharus menguasai teknik mengumpan atau mengoper bola dengan benar. Sedangkan Menurut Justinus Lhaksana, (2011: 30) Passing merupakan salah satu teknik dasar permainan futsal yang sangat dibutuhkan oleh pemain. Di lapangan yang rata dan ukuran lapangan yang kecil dibutuhkan passing yang keras dan akurat karena bola yang meluncur sejajar dengan tumit pemain. Ini di sebabkan hampir sepanjang permainan futsal menggunakanpassing. Untuk menguasai passing diperlukan penguasaan gerakan sehingga sasaran yang diinginkan tercapai. 
2)      Teknik Dasar Menahan Bola (Control)

      Menurut John D. Tenang, (2008: 69) melakukan sentuhan pertama yang sempurna memerlukan skill yang vital bagi pemain dalam mengontrol bola ketika menerima operan dari rekannya. Ada beberapa cara mengontrol bola, yakni dengan kaki, dada dan paha. Sedangkan Menurut Justinus Lhaksana, (2011: 31) teknik dasar dalam keterampilan control (menahan bola) haruslah menggunakan telapak kaki (sole). Dengan permukaan lapangan yang rata, bola akan bergulir cepat sehingga para pemain harus dapatmengontrol dengan baik. Apabila menahan bola jauh dari kaki, lawan akan mudah merebut bola.
3)      Teknik Dasar Mengumpan Lambung (Chipping
          Menurut John D. Tenang (2007: 70) menyatakan bahwa ketika bola dicungkil dengan kaki memutar kebelakang sehingga bola memutar maka disebut dengan chip. Sedangkan Menurut Justinus Lhaksana, (2011: 32) keterampilan chipping ini sering di lakukan dalam permainan futsal untuk mengumpan bola di belakang lawan atau dalam situasi lawan bertahan satu lawan satu. Teknik in hampir sama dengan teknik passing. Perbedaannya terletak pada saat chipping menggunakan bagian atas ujung sepatu dan perkenaannya tepat di bawah bola. Teknik mengumpan lambung (Chipping) dapat dilihat pada gambar dibawah ini :


4)      Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribbling)
         Menurut John D. Tenang (2007: 75) menggiring artinya melakukan beberapa sentuhan ada bola. Basanya kaki dibenturkan pada bagian pinggir bola. Sedangkan Menurut Justinus Lhaksana, (2011: 33) teknik dribbling merupakan keterampilan penting dan mutlak harus dikuasai oleh setiap pemain futsal. Dribbling merupakan kemampuan yang dimiliki setiap pemain dalam menguasai bola sebelum diberikan kepada temannya untuk  menciptakan peluang dalam mencetak gol. 
5)      Teknik Dasar Menembak (Shooting)
       Menurut John D. Tenang (2008: 84) Shootingadalah menendang bola dengan keras, guna mencetak gol. Ini juga merupakan bagian tersulit karena perlu kematangan dan kecerdikan pemain dalam menendang bola agar tidak bisa dijangkau atau ditangkap kiper. Sedangkan Menurut Justinus Lhaksana, (2011: 34) shooting merupakan teknik dasar yang harus dikuasai oleh setiap pemain. Teknik ini merupakan cara untuk menciptakan gol. Ini disebabkan seluruh pemain memiliki kesempatan untuk menciptakan gol dan memenangkan pertandingan atau permainan. Shooting dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu shooting menggunakan punggung kaki dan ujung sepatu atau ujung kaki. 
6)      Tendangan dengan Ujung Kaki
       Menurut sucipto (2000: 17) “menendang dengan ujung kaki merupakan salah satu karakteristik permainan futsal dari sepakbola”. Tujuan menendang bola dengan ujung kaki adalah untuk mengumpan (passing) dan yang paling dominan adalah untuk menembak kegawang, dan menyapu untuk menggagalkan serangan lawan (sweeping). Teknik tendangan dengan ujung kaki hampir sama dengan teknik tendangan pada umumnya akan tetapi perkenaan tendangan berada di ujung kaki atau ujung sepatu. 
1)      Teknik Menyundul Bola (Heading)
      Menurut John D. Tenang, (2008: 85-86) Teknik menyundul bola(Heading) adalah, tidak begitu sulit untuk mengontrol bola dengan kaki ataumenahan bola dengan paha. Namun, tidak mudah untuk mengontrol boladengan kepala. Mereka yang tahu tentang sepakbola, tentu mengetahui bahwasundulan merupakan salah satu skill paling penting dalam suatu permainan.Teknik menyundul bola pada permainan futsal sama dengan teknik yangdilakukan dalam permainan sepakbola, namun dalam permainan futsal teknikmenundul bola (heading) jarang diterapkan. Ada satu istilah dalammenyundul, yakni driving header teknik ini memerlukan latihan yang rutinkarna tidak mudah melakukannya. Pemain harus menjaga keseimbangan,ketepatan waktu dan kecermatan dalam membaca arah sehingga bola bisadisundul dengan baik dan sempurna kearah gawang. 
2)      Latihan Untuk Kiper Futsal
        Menurut John D. Tenang, (2007: 131) penjaga gawang adalah pemain yang istimewa karenanya mereka perlu latihan khusus untuk mengembangkan kemampuannya. Sayangnya kebanyakan pelatih menganggap kiper mereka lebih dari seorang bek. Sedangkan Menutur Justinus Lhaksana (2011: 42) Dalam permainan futal, kiper atau penjaga gawang mempunyai peranan yang sangat penting serangan dan bertahan dimulai dari kiper. Oleh karena itu seorang penjaga gawang futsal harus memiliki kekuatan kelincahan dan teknik menangkap bola yang bagus, berikut latihan untuk melatih seorang kiper :
3)      Teknik Membendung (Bolocking)
         Menutut Justinus Lhaksana (2011 : 45) seluruh anggota badan penjaga gawang futsal dapat digunakan untuk blocking. Dalam sebuah pertandinga 75% tugas penjaga gawang futsal adalah melakukan blocking. Latihan blocking dapat dikakukan dengan cara melempar bola atau menendang bola kearah kiper dari berbagai arah, diperlukan keberanian yang besar dan ketepatan untuk menahan bola kecermatan dalam meng halau datangnya bola.
4)    Teknik Melempar Bola
      Menurut Justinus Lhaksanan (2011 : 45) menyatakan bahwa lemparang yang baik akan menentukan berhasil atau tidaknya sebuah serangan. Penjaga gawang harus tahu model serangan yang akan di mulai. Apabila ingin melakukan counter attack. Bola harus tajan dan tepat pada kaki pemain depan, lemparan bola seperti parabila dapat dilakuan, tergantung posisi pemain depan. Lemparan harus 100% berhasil. Apa bila tidak berhasil maka akan menjadi awal serangan bagi lawan. Dari berbagai pendapat ahli diatas peneliti dapat menyimpulkan beberapa aspek pada teknik dasar futsal bisa disederhanakan kembali melihat karakteristik dan manfaatnya yang hampir sama. Menurut peneliti, teknik dasar futsal bisa disederhanakan menjadi enam poin saja, yaitu :
1)      Mengumpan bola atau passing
2)      Menerima bola atau control/receiving
3)      Menggiring bola atau dribbling
4)      Menendang bola atau shooting
5)      Pengenalan dengan bola atau Ball Feeling
6)      Latihan untuk penjaga gawang

DEFINISI LATIHAN

a.       Definisi latihan
Harsono (1988: 32), Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya.
Pate, dkk (1993: 317) latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan latihan. Latihan menentukan timbulnya perubahan dalam jaringan dan system, perubahan yang berkaitan dengan perkembangan kemampuan dalam berolahraga.
Setelah beberapa pendapat yang diungkapkan, dapat ditarik sebuah kesimpulan tentang arti dan pengertian dari latihan yaitu suatu proses kerja yang dilakukan secara terus-menerus, berkesinambungan, dan dalam waktu yang cukup panjang, dilakukan secara tepat dan berulang-ulang dengan tujuan meningkatkan kesegaran dan kebugaran jasmani. Oleh karena itu, latihan bukanlah upaya untuk menjadikan sempurna akan tetapi latihan adalah usaha untuk menjadikan permanen.
b.      Prinsip Latihan
Prinsip-prinsip latihan yang diumgkapkan oleh Bompa (dalam Budiwanto 2004: 13) adalah sebagai berikut: Prinsip beban bertambah (overload), prinsip spesialisasi (specialization), prinsip perorangan (individualization), prinsip variasi (variety), prinsip beban meningkat bertahap (progressive increase of load), prinsip perkembangan multilateral (multilateral development), prinsip pulih asal (recovery), prinsip reversibilitas (reversibility), menghindari beban latihan berlebih (overtraining), prinsip melampaui batas latihan (the abuse of training), prinsip aktif partisipasi dalam latihan, prinsip proses latihan menggunakan model.
Latihan olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh secara optimal ketika berolahraga. Agar latihan olahraga mencapai hasil yang maksimal, harus memiliki prinsip latihan. Menurut Fox, Bowers & Foss 1993: 288 , prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan suatu aktivitas dan melalui prinsip beban berlebih (overload) untuk menyusun satu program latihan yang akan mengembangkan system energi yang bersifat khusus pada cabang olahraga. Adapun prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah sebagai berikut:
1)      Prinsip kekhususan (Specificty)
Untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan latihan harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai dengan tuntutan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan dalam hal ini adalah spesifik terhadap sistem energi utama, spesifik terhadap kelompok otot yang dilatih, pola gerakan, sudut sendi dan jenis kontraksi otot. Menurut Bompa (1994: 34) bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip kekhususan yaitu:
(1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga,
(2) melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga. Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam cabang olahraga.
2)      Prinsip Beban-Lebih (The Overload Priciples)
Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet (Hadisasmita & Syarifuddin, 1996: 131) Atlet harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada diatas ambang rangsang. Kalau beban latihan terlalu ringan (dibawah ambang rangsang), walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak mungkin tercapai.
Meskipun beban latihan harus berat, beban tersebut harus masih berada dalam batas-batas kemampuan atlet untuk mengatasinya. Kalau bebannya terlalu berat, maka perkembangan pun tidak akan mungkin karena tubuh tidak akan dapat memberikan reaksi terhadap beban latihan yang terlalu berat tersebut. Hal ini juga bisa mengakibatkan cedera.
Pemberian beban dimaksud agar tubuh beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut, jika itu sudah terjadi maka beban harus terus ditambah sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan perkembangan kemampuan.
3)      Prinsip Beban Bertambah (The Prinsiples of Progresive)
Beban latihan adalah sejumlah intensitas, volume, durasi dan frekuensi dari suatu aktivitas yang harus dijalani oleh atlet dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuhnya agar mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan latihan (Nala, 1998: 34).
Peningkatan pemberian beban hendaknya dilakukan secara progresif dan bertahap. Progresif artinya beban latihan selalu meningkat, dari awal sampai akhir latihan. Peningkatan berat beban dilakukan tidak sekaligus, tetapi bertahap.
Diawali dengan beban rendah dan dilanjutkan ke beban yang semakin tinggi, bukan sebaliknya pada awal latihan diberikan beban berat, kemudian makin lama beban latihanya semakin ringan. Menurut Nala (1998: 34) bahwa yang dimaksudkan dengan beban latihan tidaklah selalu pengertiannya kuantitatif, tetapi mencakup kuantitatif dan kualitatif. Beban latihan yang bersifat kuantitatif ini, beban latihannya dapat berupa berat beban yang harus diangkat, banyaknya repetisi, set, lama istirahat per set, kecepatan, frekuensi perminggu dan sebagainya. Bagi atlet cabang olahraga yang lain tentu beban latihannya akan berbeda, sebab tujuan latihannya berbeda.
4)      Prinsip Individualitas (The Prinsiples of Individuality)
Pada prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain.Dalam  latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-faktor karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun program latihan. Berkaitan dengan hal ini Harsono (1988: 112-113) mengemukakan bahwa:
faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program latihan.
Latihan yang dilakukan harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Program latihan yang disusun dan pembebanan yang diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap individu.
5)      Prinsip Reversibelitas (The Prinsiples of Reversibility)
Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang tidak menetap, tetapi dapatberubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukanlatihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknyaketidakaktifan atau tanpa latihan akan menimbulkan kemunduran kemampuanfisik. Menurut Soekarman (1987: 60) bahwa, setiap hasil latihan kalau tidak dipeliharaakan kembali keadaan semula. Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik harussecara teratur dan kontinyu.
Prinsip ini harus dipegang oleh pelatih maupun atlet. Latihan yang teratur dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri padasituasi latihan. Adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini, maka kemampuan tubuh dapat meningkat sesuai dengan rangsangan yang diberikan.